Kamis, 29 Mei 2014

Masalah Nisyfu Sya'ban

Enam Poin Penting Terkait Bulan Sya'ban
 
 Oleh asy-Syaikh al-'Allamah Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah
 
Amma Ba'du
Wahai kaum muslimin, kita berada di bulan Sya'ban. Kami akan menjelaskan tentangnya dalam enam poin. Kami akan menjelaskan di dalamnya apa yang wajib atas kami untk menjelaskannya. Kita memohon kepada Allah agar memberikan rizki kepada kami dan kepada Anda semua ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.
 
 Poin pertama,
Puasa Sya'ban

Apakah bulan Sya'ban memiliki kekhususan untuk dilakukan padanya puasa, dibanding bulan-bulan lainnya?
Jawabannya : Iya. Sesungguhnya dulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak berpuasa padanya (pada bulan Sya'ban, pen). Hingga beliau berpuasa pada Sya'ban semua kecuali sedikit (yakni beberapa hari saja yang tidak berpuasa).
Atas dasar ini, termasuk sunnah adalah seseorang MEMPERBANYAK PUASA PADA BULAN SYA'BAN, dalam rangka mentauladani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
 Poin kedua :
Puasa Nishfu Sya'ban (Pertengahan Sya'ban)

Yakni berpuasa pada hari pertengahan Sya'ban secara khusus. Maka dalam masalah ini, ada beberapa hadits lemah, tidak sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak boleh diamalkan. Karena segala sesuatu yang tidak sah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka TIDAK BOLEH SESEORANG UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH DENGANNYA.
Atas dasar ini, tidak boleh dilakukan puasa pada pertengahan Sya'ban secara khusus. Karena amalan itu tidak ada dasarnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sesuatu yang tidak ada dasarnya MAKA ITU BID'AH.
 
 
 Poin ketiga :
Tentang Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban.

Dalam masalah ini juga ada hadits-hadits yang lemah, tidak sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Atas dasar itu, malam Nishfu (pertengahan) Sya'ban kedudukannya seperti malam pertengahan Rajab, atau pertengahan Rabi'ul Awal atau akhir, atau pertengahan Jumada, dan bulan-bulan lainnya. Tidak ada kelebihan untuk malam tersebut – yakni malam Nishfu Sya'ban – sedikitpun. KARENA HADITS-HADITS YANG ADA TENTANGNYA ADALAH LEMAH.
 
 
 Poin Keempat :
Mengkhususkan Malam Nishfu Sya'ban dengan Qiyamullail.

Ini juga merupakan BID'AH. Tidak ada dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau dulu mengkhususkan malam tersebut dengan Qiyamullail.
Namun, malam tersebut kedudukannya seperti malam-malam lainnya. Apabila seseorang sudah terbiasa melaksanakan Qiyamullail, maka silakan dia melakukan Qiyamullail pada malam tersebut, melanjutkan kebiasaannya pada malam-malam lainnya. Apabila seseorang bukan kebiasaannya Qiyamullail, maka DIA TIDAK BOLEH MENGKHUSUSKAN MALAM NISHFU SYA'BAN DENGAN QIYAMULLAIL, karena itu tidak ada dasarnya dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Yang lebih jauh dari ini, bahwa sebagian orang mengkhusus qiyamullail pada malam ini dengan jumlah rakaat tertentu, yang tidak ada dasarnya dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jadi, KITA TIDAK MENGKHUSUSKAN MALAM NISHFU SYA'BAN DENGAN QIYAMULLAIL
 
 
 Poin Kelima :
 Benarkah Ada Penentuan Takdir Pada Malam Tersebut?
Maknanya : Apakah Pada malam tersebut (yakni Nishfu Sya'ban) ditentukan Takdir pada tahun tersebut?

Jawabannya : TIDAK. Malam itu bukanlah Lailatul Qadar. Adapun Lailatul Qadar ada pada bulan Ramadhan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya Kami menurunkannya" yakni al-Qur`an.
"Seseungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur`an) pada Lailatul Qadar. Apakah yang kalian tahu tentang lailatul Qadar? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan." (al-Qadar : 1-3)
 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman juga, "Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya al-Qur`an." (al-Baqarah : 185)
 
Atas dasar ini, Lailatul Qadar itu ada pada bulan Ramadhan. Karena malam tersebut merupakan malam yang Allah menurunkan al-Qur`an. Al-Qur'an turun pada bulan Ramadhan. Maka pastilah, bahwa Lailatul Qadar itu pada bulan Ramadhan, bukan pada bulan-bulan lainnya. Termasuk malam Nishfu Sya'ban, malam itu bukanlah malam Lailatul Qadar. Pada malam Nishfu Sya'ban tidak ada penentuan Takdir apapun yang terjadi tahun tersebut. Namun malam tersebut adalah seperti malam-malam lainnya.
 
 
 Poin Keenam :
Membuat Makanan pada hari pertengahan Sya'ban.

Sebagian orang membuat makanan pada hari pertengahan Sya'ban, untuk dibagikan kepada kaum fakir, dengan mengatakan, "Ini atas makan malam dari Ibu", "Ini makan malam dari ayah", atau "Ini makan malam dari kedua orang tua". Ini juga BID'AH. Karena itu tidak ada dasarnya dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak pula dari shahabat radhiyallahu 'anhum.

 
Inilah enam poin yang aku ketahui. Mungkin saja masih ada hal-hal lain yang tidak aku ketahui, yang wajib atasku untuk menjelaskannya kepada Anda semua.

Aku memohon kepada agar menjadikan kami dan Anda semua termasuk orang-orang yang menebarkan Sunnah dan meninggalkan Bid'ah, menjadikan kami dan Anda semua para pembimbing yang mendapat hidayah, serta menjadikan kami dan Anda semua termasuk orang-orang yang bertauladan dan mengambil bimbingan dari bimbingan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Setiap Jiwa Pasti Merasakan Kematian

������
SETIAP JIWA PASTI AKAN MERASAKAN KEMATIAN
Bagian ke-1


HADITS AL-BARA' BIN 'AZIB

Seorang shahabat yang mulia, al-Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhu berkata, "Ketika kami mengiringi jenazah di pekuburan Baqi' al-Gharqad, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menghampiri kami, kemudian beliau duduk dan kami duduk di sekitar beliau, seakan-akan di atas kepala-kepala kami ada burung yang hinggap. Ketika itu sedang digali liang lahad.

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku berlindung kepada Allah dari azab kubur." Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau melanjutkan, "Sesungguhnya seorang hamba yang beriman, apabila hendak menuju negeri akhirat dan meninggalkan dunia ini, turun kepadanya para malaikat yang seakan-akan pada wajah mereka terpancar cahaya matahari, dengan membawa kain kafan dari surga. Mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malakul Maut, sampai ia duduk di sisi kepalanya, seraya berkata, "Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya."

Lalu Rasulullah melanjutkan, "Maka keluarlah jiwa tadi, mengalir sebagaimana tetesan air yang keluar dari mulut bejana. Dan diambillah ruh tadi oleh Malakul Maut. Setelah Malakul Mautr mengambilnya, para malaikat yang lain tidak membiarkannya berada di genggaman Malakul Maut sekejap matapun, melainkan mereka segera mengambilnya dan meletakkanya di kain kafan yang mereka bawa. Dan keluar dari ruh tadi, bau harum yang mirip dengan harumnya bau misk yang paling harum yang ada di muka bumi ini.

Kemudian merekah membawanya naik ke langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat tersebut berkata, "Siapakah ruh yang baik ini?" Para malaikat yang membawanya mengatakan, " Ini adalah Fulan bin Fulan." Dengan nama yang paling baik yang ia pernah dipanggil dengannya ketika di dunia. Mereka terus membawanya hingga sampai ke langit. Lalu mereka meminta untuk dibukakan pintu langit untuk ruh tadi, maka dibuka lah baginya. Maka para malaikat penghuni langit tadi mengiringinya sampai pada langit yang setelahnya, sampai pada langit yang Allah bersemayam padanya.

Allah'Azza wa Jalla berfirman, "Tuliskanlah kitab catatan amalan hambaku di 'Illiyin, lalu kembalikanlah ia ke bumi, karena darinya lah Aku menciptakan mereka, padanya Aku mengembalikan mereka, dan darinya Aku mengeluarkan mereka kembali ......" sampai akhir hadits.

Hadits ini adalah hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad dan selainnya. (Lihat Syarh ath-Thahawiyah tahqiq asy-Syaikh Yasin al-Adeny hal. 543)

Seorang hamba yang beriman, apabila telah datang ajalnya, Allah 'Azza wa Jalla akan mengutus kepadanya Malakul Maut (malaikat yang bertugas mencabut nyawa) , untuk mengambil ruh dari jasadnya. Di samping itu, Allah Ta'ala mengutus pula para malaikat  berwajah putih yang akan membawa ruh tadi ke langit. Dan para malaikat ini membawa kain kafan yang berasal dari surga, karena ruh ini tempat kembalinya nanti adalah surga.

Seorang raja di dunia ini, apabila mengirim utusan kepada seseorang yang ia cintai dan ia ridhai, ia akan mengirim kepadanya seorang utusan yang bagus wajahnya, baik perangainya, indah tutur katanya, dan seterusnya dari perangai yang baik yang ada pada insan.

Ketika Allah 'Azza wa Jalla mengirim para malaikat yang berwajah putih, bagaikan cahaya matahari, dengan membawa kain kafan dari surga, semua ini menunjukkan bahwa Allah 'Azza wa Jalla mencintai dan meridhai hamba tersebut.
Ketika seseorang terbaring sakit, keluarga dan orang -orang terdekatnya berusaha keras untuk kesembuhannya. Dokter yang handal, rumah sakit yang terkenal, obat yang mujarab, mereka usahakan untuk memperoleh kesembuhannya. Mereka berharap orang ini bisa kembali ke tengah-tengah mereka. Dalam keadaan mereka tidak mengetahui hakikat keadaannya. Mereka tidak menyadari jika Malakul Maut telah duduk di sisi kepala orang yang mereka cintai.

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَٰكِنْ لَا تُبْصِرُونَ
"Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat." (QS. al-Waqi'ah:85)

Sakaratul maut, keadaan yang sangat dahsyat yang menimpa seorang hamba. Coba kita bayangkan, ketika kematian memisahkan seorang insan, dengan orang-orang yang dicintainya. Memisahkannya dari istrinya, demikian pula orang tua, anak, saudara, kerabat, teman-teman, dan orang-orang terdekatnya.

Ketika seorang hamba terbaring sakit, menjelang kematiannya, ia sadar, wajah-wajah yang ada di sekelilingnya, yang ia mencintai mereka, dan mereka pun mencintainya. Tidaklah mungkin ia bisa melihat mereka untuk kedua kalinya di dunia ini. Hal ini semakin menambah kesedihannya. Dan kematian pasti akan menjemputnya, tanpa ia bisa menolaknya, ataupun ia tunda.

كل نفس ذائقة الموت.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. " (QS. Ali Imran:185)

Bayangkanlah, ketika kematian menjemputmu, dan memisahkanmu dengan orang-orang yang engkau cintai. Apakah engkau mampu untuk menolaknya? Apakah engkau mampu untuk sekedar menunda datangnya kematian, walaupun sesaat, sehingga engkau bisa menikmati dan melihat wajah-wajah yang engkau cintai untuk terakhir kali? Jawabannya, tentu tidak.

La haula wala quwwata illa billah.

<><><><><><><><><>
 BEBERAPA KISAH NYATA✒

Kematian kadang secara tiba-tiba, tanpa terbetik dalam benak hamba. Tanpa didahului sakit, tidak pula karena usia yang tua.

Bersambung, insya Allah.


 Abdulaziz Bantul
Darul Hadits Dzammar, Yaman.

�� WA TIS2
������������

Rabu, 28 Mei 2014

Keutamaan Majlis Ilmu

: هل الذين يتابعون دروس العلماء السلفيين تنالهم بركة الحلقة، وهم الذين يتابعون الدروس على شبكة الإنترنت أو الحاسب أوالإذاعة؟
قال العلامة زيد المدخلي رحمه الله: ((هؤلاء الذين ذكرتهم لهم مكاسب عظيمة جدا:
.أولا: هم يعتبرون طلبة علم، وطالب العلم من أفضل الناس قدرا، أفضل أهل زمانه إذا كان يريد بطلب العلم إزالة الجهل عن نفسه ويريد أن يعمل بعلمه وينشره.
وثانيا: إن طلب العلم سواء جلس على انفراد انفرد أو في جماعة تنزل عليه السكينة وتغشاه الرحمة وتحفه ملائكة الله، فهؤلاء الذين يتابعون حلقات العلم من الكتاب والسنة ووسائل العلم الأخرى لهم أجر عظيم ولا ينقص أجرهم عن أجر الحاضرين عند مشايخ العلم – إن شاء الله تعالى -))([1]).

الإرشاد إلى توضيح لمعة الاعتقاد (ص 184-185).

([1]) الإرشاد إلى توضيح لمعة الاعتقاد (ص 167).

Soal :
Apakah orang - orang yang mengikuti berbagai pelajaran para Ulama Salafiyyin mereka akan mendapatkan keberkahan Halaqoh , sementara mereka mengikuti berbagai pelajaran tersebut melewati jaringan Internet atau Komputer atau Radio ?

✔ Berkata Al'allaamah Zaid Almadkhaly rahimahullah : (( mereka yang engkau sebutkan ini , bagi mereka keuntungan yang sangat agung sekali :

Pertama : Mereka dinilai sebagai penuntut Ilmu , sementara penuntut Ilmu diantara Manusia yang paling utama kedudukannya ,  yang paling utama dari Manusia sezamannya  yang apabila dia menginginkan dengan menuntut Ilmu mengangkat kebodohan dari jiwanya serta menginginkan untuk beramal dengan Ilmunya dan menyebarkannya.

Dan yang kedua : jika seandainya dia menuntut Ilmu ,baik dia duduk diatas kesendiriannya atau di sebuah kumpulan Jama'ah akan turun padanya ketenangan dan rahmat akan meliputinya , serta para Malaikat akan mengitarinya , maka mereka yang mengikuti berbagai Halaqah Ilmu dari Alqur'an dan Sunnah serta wasilah - wasilah Ilmu yang lainnya bagi mereka pahala yang besar dan pahala mereka tidak kurang dari pahala orang - orang yang hadir disisi para Masyaaikh yang berilmu - Insya Allah Ta'ala - )) ( [ 1] )

Alirsyaad ila taudhiihi lum'atil i'tiqaad ( hal 184 - 185 )
([1]) alirsyaad ila taudhiih lum'atil i'tiqaad ( hal 167 )

✏ faedah WA group 1 Ta'zhim Assunnah
Pent. Abu Muhammad RizQ