Senin, 27 Januari 2014

Mempertahankan Identitas Seorang Muslim

Mempertahankan Identitas Muslim di
Tengah Derasnya Arus Globalisasi Mode
Para pembaca, sesungguhnya agama
Islam tidak melarang seseorang mencari
sumber penghidupan, namun
hendaknya semua itu tidak sampai
membuatnya lupa mencari kebahagiaan
negeri akhirat. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,
ﻭَﺍﺑْﺘَﻎِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺁﺗَﺎﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺪَّﺍﺭَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓَ ۖ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨﺲَ
ﻧَﺼِﻴﺒَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ۖ ﻭَﺃَﺣْﺴِﻦ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ۖ
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺒْﻎِ ﺍﻟْﻔَﺴَﺎﺩَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ۖ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ
ﺍﻟْﻤُﻔْﺴِﺪِﻳﻦَ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan oleh Allah
kepadamu (kebahagian) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (al-Qashash: 77)
Adapun godaan syubhat yang berupa
kerancuan berfikir, tidak kalah
dahsyatnya dengan godaan syahwat.
Aliran-aliran sesat bermunculan,
kesyirikan dipromosikan tanpa ada
halangan, para dukun alias orang pintar
dijadikan rujukan, ngalap berkah di
kuburan para wali menjadi tren wisata
religius, dan praktik bid’ah (sesuatu
yang diada-adakan) dalam agama
meruak dengan dalih bid’ah hasanah.
Semua itu mengingatkan kita akan
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam,
ﺑَﺎﺩِﺭُﻭﺍ ﺑِﺎﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝِ ﻓِﺘَﻨًﺎ ﻛَﻘِﻄَﻊِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﺍﻟْﻤُﻈْﻠِﻢِ، ﻳُﺼْﺒِﺢُ
ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﻭَﻳُﻤْﺴِﻲْ ﻛَﺎﻓِﺮًﺍ ﻭَﻳُﻤْﺴِﻲْ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ
ﻭَﻳُﺼْﺒِﺢُ ﻛَﺎﻓِﺮًﺍ، ﻳَﺒِﻴْﻊُ ﺩِﻳْﻨَﻪُ ﺑِﻌَﺮَﺽٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ
Artinya: “Bergegaslah kalian untuk
beramal, (karena akan datang) fitnah-
fitnah (godaan/ujian) yang seperti
potongan-potongan malam. Di pagi hari
seseorang dalam keadaan beriman dan
sore harinya dalam keadaan kafir; di
sore hari dalam keadaan beriman dan
keesokan harinya dalam keadaan kafir.
Dia menjual agamanya dengan sesuatu
dari (gemerlapnya) dunia ini.” (HR .
Muslim no. 118, dari sahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu )
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al- Madkhali
Hafizhahullah berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, seorang
yang jujur lagi terpercaya, telah
memberitakan kepada kita dalam banyak
haditsnya, termasuk hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu (di atas, -
pen.) tentang bermunculannya berbagai
ujian di tengah-tengah umat ini.
Sungguh, telah datang berbagai ujian
besar yang sangat kuat empasannya
terhadap akidah dan manhaj (prinsip
beragama) umat Islam, mencabik-cabik
keutuhan mereka, menyebabkan
pertumpahan darah di antara mereka,
dan menjatuhkan kehormatan mereka.
Bahkan, benar-benar telah menjadi
kenyataan (pada umat ini) apa yang
disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam,
ﻟَﺘَﺘَّﺒِﻌُﻦَّ ﺳَﻨَﻦَ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ ﺷِﺒْﺮﺍً ﺑِﺸِﺒْﺮٍ ﻭَﺫِﺭَﺍﻋﺎً
ﺑِﺬِﺭَﺍﻉٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﻮْ ﺩَﺧَﻠُﻮﺍ ﺟُﺤْﺮَ ﺿَﺐٍّ ﻟَﺘَﺒِﻌْﺘُﻤُﻮْﻫُﻢْ
Artinya: “Sungguh, kalian akan
mengikuti jalan/jejak orang-orang
sebelum kalian (Yahudi dan Nasrani, -
pen.) sejengkal dengan sejengkal dan
sehasta dengan sehasta1. Sampai-
sampai jika mereka masuk ke liang
binatang dhab (sejenis biawak yang
hidup di padang pasir, -pen.) pasti kalian
akan mengikutinya.”
Lebih lanjut, asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi
al-Madkhali hafizhahullah berkata,
“Saat ini di berbagai negeri kaum
muslimin telah bermunculan berbagai
musibah/ujian, seperti komunisme,
liberalisme, sekulerisme, ba’ts
(sosialisme), dan demokrasi dengan
segala perangkatnya. Kelompok sesat
Syi’ah Rafidhah dan Khawarij pun
semakin gencar mengembuskan racun-
racun yang dahulu mereka sembunyikan,
sebagaimana muncul pula kelompok
sesat Qadiyaniyah dan
Bahaiyah.” (Haqiqah al-Manhaj al-Wasi’
‘Inda Abil Hasan, hlm. 2)
Diantara dampak modernisasi di era
globalisasi ini adalah munculnya sikap
minder dalam berislam. Dengan
banyaknya opini yang menyudutkan
Islam di media massa baik cetak
maupun elektronik, sebagian umat
muslim tidak punya percaya diri untuk
sekadar menampakkan identitas
muslimnya, apalagi untuk menjalankan
rincian ajaran agama yang
berkonsekuensi mendapat cibiran atau
gunjingan orang. Dalam benaknya,
cukuplah identitas muslim itu dalam
Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau
dalam ritual-ritual di momen penting
seperti shalat Jum’at, shalat tarawih,
dan shalat hari raya saja.
Bayang-bayang bahwa Islam itu
kampungan, masyarakat muslim identik
dengan keterbelakangan, dan
menerapkan rincian ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari akan
menyebabkan keterpurukan, lekat pada
benak sebagian umat muslim. Bahkan,
sebagian orang tua muslim sangat
khawatir jika putra atau putrinya mulai
tertarik belajar agama. Apa yang
dikhawatirkan? Khawatir jadi teroris.
Subhanallah, padahal Islam bukan
teroris dan teroris bukan dari Islam. Di
antara dampaknya, tidak sedikit putra-
putri muslim hidup tanpa bimbingan
yang benar. Pergaulan bebas menjadi
satu kewajaran di tengah-tengah
mereka. Memakai jubah, sarung, baju
koko, kopiah, dan atribut muslim
lainnya sangat berat rasanya. Di sisi
lain, memakai pakaian ala barat
seakan-akan menjadi kebanggaan. Di
kalangan pemudi, tidak jauh berbeda
halnya. Memakai jubah, jilbab, dan
atribut muslimah lainnya sangat berat
rasanya. Adapun memakai pakaian ala
barat yang serba minim dan pamer
aurat justru menjadi kebanggaan.
Wallahul Musta’an .
Kewajiban Mempertahankan Identitas
Muslim
Minimnya ilmu, tipisnya iman, dan
kuatnya dorongan hawa nafsu kerap
kali menutup pintu hati seseorang untuk
memahami hakikat kehidupan dunia
yang sedang dijalaninya. Godaan
syahwat dan syubhat di era globalisasi
modern ini tak jarang menjadikan
seorang muslim jauh dari agama Islam
yang murni. Padahal agama Islam
adalah bekal utama bagi seseorang
dalam hidup ini. Dengan Islam
seseorang akan hidup bahagia dan
terbimbing dalam menghadapi pahit
getirnya kehidupan. Sebaliknya, tanpa
Islam hidup seseorang tiada berarti dan
di akhirat termasuk orang yang merugi.
Namun sayang, di antara manusia ada
yang menggadaikan Islam yang
merupakan agama dan bekal utamanya
demi kesenangan dunia yang sesaat.
Betapa meruginya orang itu. Dia akan
menghadap Allah Subhanahu wata’ala
di hari kiamat dengan tangan hampa
dan terhalang dari kebahagiaan yang
hakiki. Setiap muslim berkewajiban
mempertahankan identitas muslimnya.
Lebih dari itu, dia pun harus berupaya
untuk masuk ke dalam agama Islam
secara total kemudian istiqamah di
atasnya. Allah Subhanahu wata’ala
berfirman,
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺩْﺧُﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴِّﻠْﻢِ ﻛَﺎﻓَّﺔً ﻭَﻟَﺎ
ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮﺍ ﺧُﻄُﻮَﺍﺕِ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ۚ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻣُّﺒِﻴﻦٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kalian ke dalam
Islam secara total, dan janganlah kalian
mengikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang
nyata bagi kalian.” (al-Baqarah: 208)
ﻓَﺎﺳْﺘَﻘِﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﺃُﻣِﺮْﺕَ ﻭَﻣَﻦ ﺗَﺎﺏَ ﻣَﻌَﻚَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻄْﻐَﻮْﺍ ۚ ﺇِﻧَّﻪُ
ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ﺑَﺼِﻴﺮٌ
Artinya: “Istiqamahlah kamu pada jalan
yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah
tobat beserta kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia
Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (Hud: 112)
ﺛُﻢَّ ﺟَﻌَﻠۡﻨَـٰﻚَ ﻋَﻠَﻰٰ ﺷَﺮِﻳﻌَﺔٍ۬ ﻣِّﻦَ ﭐﻟۡﺄَﻣۡﺮِ ﻓَﭑﺗَّﺒِﻌۡﻬَﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺒِﻊۡ
ﺃَﻫۡﻮَﺍٓﺀَ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﻌۡﻠَﻤُﻮﻥَ
Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu
berada di atas suatu syariat (rincian
aturan hidup yang harus dijalani) dari
urusan (agama itu), maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.” (al-Jatsiyah: 18)
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺳْﺘَﺠِﻴﺒُﻮﺍ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﻟِﻠﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﺫَﺍ
ﺩَﻋَﺎﻛُﻢْ ﻟِﻤَﺎ ﻳُﺤْﻴِﻴﻜُﻢْ ۖ ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺤُﻮﻝُ ﺑَﻴْﻦَ
ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﻭَﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺤْﺸَﺮُﻭﻥَ
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, sambutlah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kalian kepada sesuatu yang memberi
kehidupan kepada kalian. Ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah membatasi
antara manusia dan hatinya, dan
sesungguhnya kepada- Nyalah kalian
akan dikumpulkan.” (al- Anfal: 24)
Bahkan, Allah Subhanahu wata’ala
berjanji kepada orang-orang yang
menerapkan agama Islam dalam
kehidupan ini dengan beriman dan
mengerjakan berbagai amalan saleh,
akan menjadikan mereka berkuasa di
muka bumi, meneguhkan mereka di
atas agama yang telah diridhai-Nya,
dan benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah ketakutan
menjadi aman sentosa. Hal ini
sebagaimana firman-Nya Subhanahu
wata’ala ,
ﻭَﻋَﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨﻜُﻢْ ﻭَﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ
ﻟَﻴَﺴْﺘَﺨْﻠِﻔَﻨَّﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻛَﻤَﺎ ﺍﺳْﺘَﺨْﻠَﻒَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦ
ﻗَﺒْﻠِﻬِﻢْ ﻭَﻟَﻴُﻤَﻜِّﻨَﻦَّ ﻟَﻬُﻢْ ﺩِﻳﻨَﻬُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺍﺭْﺗَﻀَﻰٰ ﻟَﻬُﻢْ
ﻭَﻟَﻴُﺒَﺪِّﻟَﻨَّﻬُﻢ ﻣِّﻦ ﺑَﻌْﺪِ ﺧَﻮْﻓِﻬِﻢْ ﺃَﻣْﻨًﺎ ۚ ﻳَﻌْﺒُﺪُﻭﻧَﻨِﻲ ﻟَﺎ
ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ ﺑِﻲ ﺷَﻴْﺌًﺎ ۚ ﻭَﻣَﻦ ﻛَﻔَﺮَ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻓَﺄُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ
ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘُﻮﻥَ
Artinya: “Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di
antara kalian dan mengerjakan berbagai
amalan saleh, bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di muka bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka tetap beribadah hanya
kepada-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku.” (an-Nur: 55)
Akhir kata, mengingat betapa mahalnya
nilai istiqamah di tengah kuatnya badai
fitnah baik syubhat maupun syahwat di
era globalisasi modern ini, sudah
saatnya bagi kita untuk kembali kepada
Allah Subhanahu wata’ala . Kembali
kepada-Nya dengan memegang erat-erat
agama Islam dan meniti jejak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabatnya, kemudian bersatu di
atasnya. Itulah satu-satunya jalan
keselamatan di dunia dan di akhirat.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
ﻭَﺍﻋْﺘَﺼِﻤُﻮﺍ ﺑِﺤَﺒْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍ ۚ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ
ﻧِﻌْﻤَﺖَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀً ﻓَﺄَﻟَّﻒَ ﺑَﻴْﻦَ
ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺘُﻢ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧًﺎ ﻭَﻛُﻨﺘُﻢْ ﻋَﻠَﻰٰ ﺷَﻔَﺎ
ﺣُﻔْﺮَﺓٍ ﻣِّﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻓَﺄَﻧﻘَﺬَﻛُﻢ ﻣِّﻨْﻬَﺎ ۗ ﻛَﺬَٰﻟِﻚَ ﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻜُﻢْ
ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﻬْﺘَﺪُﻭﻥَ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kalian
dengan tali (agama) Allah secara
bersama-sama dan jangan berceraiberai.
Ingatlah akan nikmat Allah yang telah
dicurahkan kepada kalian, ketika kalian
dahulu bermusuhan lalu Allah
menyatukan hati-hati kalian sehingga
kalian menjadi bersaudara dengan
nikmat tersebut, dan (juga) kalian
dahulu berada di tepi jurang neraka lalu
Allah selamatkan kalian darinya.
Demikianlah Allah Subhanahu wata’ala
menerangkan tanda-tanda kekuasaan-
Nya kepada kalian agar kalian mendapat
hidayah.” (Ali Imran: 103)
ﻭَﺍﺗَّﺒِﻌُﻮﻩُ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﻬْﺘَﺪُﻭﻥَ
Artinya: “Dan ikutilah dia (Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam)
supaya kalian mendapatkan
petunjuk.” (al-A’raf: 158)
ﻓَﺈِﻥْ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺑِﻤِﺜْﻞِ ﻣَﺎ ﺁﻣَﻨﺘُﻢ ﺑِﻪِ ﻓَﻘَﺪِ ﺍﻫْﺘَﺪَﻭﺍ ۖ
Artinya: “Jika mereka beriman seperti
apa yang kalian (Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabatnya)
beriman dengannya, sungguh mereka
akan mendapatkan hidayah.” (al-
Baqarah: 137)
Semoga ampunan, taufik dan hidayah
ilahi selalu mengiringi perjalanan hidup
kita.
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﺫُﻧُﻮﺑَﻨَﺎ ﻭَﺇِﺳْﺮَﺍﻓَﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻭَﺛَﺒِّﺖْ
ﺃَﻗْﺪَﺍﻣَﻨَﺎ ﻭَﺍﻧﺼُﺮْﻧَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ
Artinya: “Wahai Rabb kami ampunilah
dosa-dosa kami dan tindak-tanduk kami
yang keterlaluan dalam urusan kami,
dan teguhkanlah pendirian kami, serta
tolonglah kami atas kaum yang
kafir.” (Ali Imran: 147)
Wallahu a’lam.
Sumber : asysyariah.com